Merawat Anak Demam Di Rumah

Bagaimana Merawat Anak Demam di Rumah?
Ukurlah suhu tubuh anak anda dengan termometer. Penilaian suhu melalui sentuhan tangan sangat tidak akurat. Jangan berpikir bahwa keparahan penyakit tergantung dari tingginya demam. Banyak penyakit berat dan mematikan yang tidak disertai dengan demam tinggi.
Hal-hal yang harus diperiksa saat anak ada demam adalah:
-          Warna kulit
Perhatikan warna kulit, bibir dan lidah, apakah ada perubahan warna?anda harus kuatir jika bibir tampak biru atau  pucat, dan kulit berbercak-bercak seperti marmer.
-              Tingkat aktivitas anak
Apakah anak sadar dan respon penuh, apakah anak sangat lemas dan sulit untuk bangun. Apakah anak menangis dengan kuat ataukah lemah. Apakah anak masi dapat berkomuniasi dengan baik seperti biasa dan main seperti biasa.
-          Kecukupan cairan (hidrasi)
Apakah asupan cairan cukup? Apakah anak masih dapat minum? Apakah mulut dan lidah tampak basah?  Apakah jumlah air seni berkurang? Apakah frekuensi berkemih berkurang? Apakah cubitan kulit perut kembali dengan cepat? Apakah anak muntah hijau?
-          Pola napas
Apakah napas anak tampak cepat? Apakah saat napas anak merintih? Apakah terdapat tarikan dinding dada saat bernapas?
-          Pola demam.
Apakah anak demam lebih dari 5 hari? Apakah anak anda berusia kurang dari 3 bulan dan demam lebih dari 38 C? apakah usai anak 3-6 bulan dan demam lebih dari 39 C?
-          Perhatikanlah sendi-sendi
Adakah pembengkakan sendi? Apakah gerakan anak terbatas karena terdapat kelumpuhan atau nyeri tungkai?
-          Tanda lain: perhatikan adakah perdarahan? Leher yang kaku? Atau ubun-ubun yang membonjol.
Kapan perlu membawa anak ke dokter
-          Usia anak kurang dari 3 bulan (kecuali anak anda pasca imunisasi DPT, demam dapat disebabkan karena efek samping imunisasi).
-          Demam lebih dari 40,5oC
-          Anak sulit dibangunkan
-          Leher kaku
-          Tidak mampu makan, menelan dan mengeluarkan banyak liur
-          Kesulitan bernapas (sesak napas).
-          Bercak-bercak biru keunguan pada kulit.
-          Anak mengeluh rasa nyeri atau terbakar saat berkemih.
-          Anak kejang
-          Anda merasa ada yang tidak beres dan perlu pendapat dokter untuk menilainya
Anda dapat merawat anak demam dengan cara:
-          Memberikan obat penurun panas
-          Memberian cairan yang cukup, minum sedikit-sedikit tapi sering.
-          Gunakan pakaian yang ringan, jangan membungkus anak berlebihan.
-          Jika anak kedinginan dan menggigil dapat diselimuti dengan selimut yang tidak tebal.

-          Jangan memberikan obat demam secara rutin, pantaulah pola demam anak dan berikan obat demam bila perlu. (WIN)

http://milissehat.web.id/?p=2249

Laporan Kunjungan Panti Sosial tentang Down Syndrome

LAPORAN KUNJUNGAN PANTI SOSIAL

I. KATA PENGANTAR                                                               
Penyusunan laporan kunjungan Panti Sosial ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan kunjungan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan pengurus panti sosial. Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2014 di 3 Panti Sosial yaitu: Panti Asuhan Balita Tunas Bangsa, Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia & Panti Asuhan Remaja di daerah Cipayung, Jakarta Timur.

II. LATAR BELAKANG                                                                
Kunjungan lapangan ke Panti Sosial ini dilakukan untuk menambah informasi dan melihat secara langsung gangguan-gangguan perilaku yang berhubungan dengan ilmu psikologi. Mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan tentang kegiatan selama kunjungan di panti sosial tersebut dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi.

III. RUMUSAN MASALAH                                                         
Di 3 panti yang telah saya kunjungi, untuk mata kuliah Biopsikologi ini saya memilih untuk membahas tentang Down Syndrome. Gangguan ini saya temukan di Panti Asuhan Balita, pada seorang anak perempuan berusia 3tahun. Metode pengumpulan data yang saya gunakan adalah observasi dan wawancara pengurus panti.

IV. PEMBAHASAN                                                                    
Pengertian Down Syndrome
Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan fisik dan mental anak yang disebabkan karena abnormalitas kromosom 21 yang berjumlah 3. Oleh karena itu Down Syndrome dikenal juga dengan nama Trisomi 21.
Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bahan genetic yang menentukan sifat-sifat seseorang.
Pada kasus Down Syndrome, penyandangnya dapat dikenali dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1.     Otot-otot yang lemah, atau sering disebut floppy baby.
2.     Wajah datar, dengan mata yang agak miring ke atas serta dahi lebar.
3.     Hidung pendek (pesek)
4.     Lidah tebal dengan mulut kecil (akibatnya mulut bayi menganga dengan lidah menjulur keluar).
5.     Telinga kecil dan letaknya agak rendah.
6.     Leher yang lebih lebar dari ukuran normal.
7.     Jari-jari tangan pendek.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Kelainan mayor yang sering berhubungan adalah kelainan jantung 30-40%, atresia gastrointestinal, leukemia dan penyakit tiroid. IQ berkisar 25-50.
Faktor Resiko dan Penyebab
Penyebab spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu berusia diatas 35thn beresiko tinggi memiliki anak dengan Down Syndrome. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul akibat Sindroma Down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

·      Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya tampilan fisik yang menonjol dan mempunyai paras muka yang hamper sama seperti orang mongol.
·      Hypogenitalism (penis, scrotum & testes kecil), hypospadias, dan keterlambatan perkembangan pubertas.
·      Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
·      Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di bagian tertentu esofagus. Biasanya dapat terkesan pada usia 1-2hari setelah bayi mengalami masalah menelan air liur. Saluran usus kecil duodenum yang tidak terbuka disebut “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rectum.
·      Down Syndrome mungkin mengalami masalah Hipotirodism yatu kurangnya Hormon tyroid. Masalah ini berlaku pada 10% anak-anak dengan Down Syndrome.
·      Pada otak penderita Down Syndrome, ditemukan peningkatan rasio APP (Amyloid Precursor Protein) seperti tampak pada penderita Alzheimer.
·      Pada usia 30tahun rata-rata penderita Down Syndrome menderita Demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian).
Masalah Perkembangan Kognitif
Down syndrome secara keseluruhan mengalami keterbelakangan perkembangan dan kelemahan kognitif. Pada masa awal pertumbuhan akan mengalami masalah lambat pada semua aspek perkembangan yaitu keterlambatan motorik kasar, motorik halus dan berbicara.
Pencegahan Pada Saat Kehamilan
·      Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Down Syndrome.
·      Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “gene targeting” atau yang dikenal dengan “Homologous Recombination” sebuah gen dapat dinonaktifkan.
·      Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromoson melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi bagi ibu hamil yang mempunya anak dengan Down Syndrome atau mereka yang hamil diatas usia 40thn harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down Syndrome menjadi lebih tinggi.
·      Down syndrome tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan yang disebabkan kelainan jumlah kromosom. Kromosom 21 yang harusnya berjumlah 2, menjadi berjumlah 3.
Tata Laksana
·      Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down Syndrome juga dapat mengalami kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisik mengingat tonus otot-otot yang lemah.
·      Stimulasi Dini. Stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi wicara, olah tubuh, karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsangan-rangsangan dengan permainan-permainan layaknya pada balita normal, walaupun respon dan daya tangkap tidak sama.
·      Pada umumya kelebihan anak-anak dengan DS adalah penurut, periang, rajin dan tepat waktu. Untuk anak-anak yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak normal lainnya.
·      Fisioterapi
1.     Tujuannya adalah membantu anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang berarti bukan untuk menyembuhkan Down Syndromenya.
2.     Untuk mengajarkan pada anak gerakan fisik yang tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang ahli dan berpengetahuan  dalam masalah yang sering terjadi pada anak DS seperti Low Muscle Tone, Loose Joint dan perbedaan yang terjadi pada otot tulangnya.
·      Terapi Bicara. Terapi yang dilakukan untuk anak DS yang mengalami keterlambatan bicara.
·      Terapi Remedial. Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis.
·      Terapi Sensori Integrasi. Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan/sensori yang diterima. Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.
·      Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy). Mengajarkan anak DS yang berusia lebih besar agar memahami tingkah laku yang sesuai dan tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN                                                  
Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan ini, saya sebagai mahasiswa jurusan Psikologi bisa melihat langsung dan melakukan observasi secara nyata di lapangan. Meskipun saya tidak melihat terapi-terapi yang telah diberikan kepada anak-anak dengan Down Syndrome akan tetapi pengalaman dan ilmu baru yang saya dapatkan sudah bisa memberikan saya sedikit gambaran tentang gangguan-gangguan perilaku dan kognitif yang ada.
Saran
Agar kunjungan ke panti sosial ini menjadi agenda rutin yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana Fakultas Psikologi.




Daftar Pustaka