LAPORAN KUNJUNGAN
PANTI SOSIAL
I. KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan kunjungan Panti Sosial ini
bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Penyusunan laporan
ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan kunjungan melalui
observasi dan wawancara yang dilakukan dengan pengurus panti sosial. Kunjungan
ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2014 di 3 Panti Sosial yaitu: Panti
Asuhan Balita Tunas Bangsa, Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia & Panti
Asuhan Remaja di daerah Cipayung, Jakarta Timur.
II. LATAR BELAKANG
Kunjungan lapangan ke Panti Sosial ini
dilakukan untuk menambah informasi dan melihat secara langsung
gangguan-gangguan perilaku yang berhubungan dengan ilmu psikologi. Mahasiswa
diharapkan dapat membuat laporan tentang kegiatan selama kunjungan di panti
sosial tersebut dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi.
III. RUMUSAN MASALAH
Di 3 panti yang telah saya kunjungi, untuk
mata kuliah Biopsikologi ini saya memilih untuk membahas tentang Down Syndrome.
Gangguan ini saya temukan di Panti Asuhan Balita, pada seorang anak perempuan
berusia 3tahun. Metode pengumpulan data yang saya gunakan adalah observasi dan
wawancara pengurus panti.
IV. PEMBAHASAN
Pengertian
Down Syndrome
Down Syndrome adalah suatu
kondisi keterbelakangan fisik dan mental anak yang disebabkan karena
abnormalitas kromosom 21 yang berjumlah 3. Oleh karena itu Down Syndrome
dikenal juga dengan nama Trisomi 21.
Kromosom adalah merupakan
serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia
dimana terdapat bahan-bahan genetic yang menentukan sifat-sifat seseorang.
Pada kasus Down Syndrome, penyandangnya
dapat dikenali dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Otot-otot yang lemah,
atau sering disebut floppy baby.
2. Wajah datar, dengan mata
yang agak miring ke atas serta dahi lebar.
3. Hidung pendek (pesek)
4. Lidah tebal dengan mulut
kecil (akibatnya mulut bayi menganga dengan lidah menjulur keluar).
5. Telinga kecil dan
letaknya agak rendah.
6. Leher yang lebih lebar
dari ukuran normal.
7. Jari-jari tangan pendek.
Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada
tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Kelainan mayor yang sering berhubungan
adalah kelainan jantung 30-40%, atresia gastrointestinal, leukemia dan penyakit
tiroid. IQ berkisar 25-50.
Faktor
Resiko dan Penyebab
Penyebab spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu
berusia diatas 35thn beresiko tinggi memiliki anak dengan Down Syndrome. Karena
diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
“non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul akibat Sindroma Down dapat bervariasi mulai
dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang
khas.
·
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
tampilan fisik yang menonjol dan mempunyai paras muka yang hamper sama seperti
orang mongol.
·
Hypogenitalism (penis, scrotum & testes kecil), hypospadias,
dan keterlambatan perkembangan pubertas.
·
Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan
pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
·
Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada
saluran sama sekali di bagian tertentu esofagus. Biasanya dapat terkesan pada
usia 1-2hari setelah bayi mengalami masalah menelan air liur. Saluran usus
kecil duodenum yang tidak terbuka disebut “Hirshprung Disease”. Keadaan ini
disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rectum.
·
Down Syndrome mungkin mengalami masalah Hipotirodism yatu
kurangnya Hormon tyroid. Masalah ini berlaku pada 10% anak-anak dengan Down
Syndrome.
·
Pada otak penderita Down Syndrome, ditemukan peningkatan rasio
APP (Amyloid Precursor Protein) seperti tampak pada penderita Alzheimer.
·
Pada usia 30tahun rata-rata penderita Down Syndrome menderita
Demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian).
Masalah Perkembangan
Kognitif
Down syndrome secara keseluruhan mengalami keterbelakangan
perkembangan dan kelemahan kognitif. Pada masa awal pertumbuhan akan mengalami
masalah lambat pada semua aspek perkembangan yaitu keterlambatan motorik kasar,
motorik halus dan berbicara.
Pencegahan Pada Saat
Kehamilan
·
Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang
dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Down Syndrome.
·
Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “gene targeting” atau
yang dikenal dengan “Homologous Recombination” sebuah gen dapat dinonaktifkan.
·
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromoson
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal
kehamilan. Terlebih lagi bagi ibu hamil yang mempunya anak dengan Down Syndrome
atau mereka yang hamil diatas usia 40thn harus dengan hati-hati memantau
perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
Syndrome menjadi lebih tinggi.
·
Down syndrome tidak dapat dicegah karena merupakan kelainan yang
disebabkan kelainan jumlah kromosom. Kromosom 21 yang harusnya berjumlah 2,
menjadi berjumlah 3.
Tata Laksana
·
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling
efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down
Syndrome juga dapat mengalami kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran
maupun kemampuan fisik mengingat tonus otot-otot yang lemah.
·
Stimulasi Dini. Stimulasi sedini mungkin kepada bayi yang DS,
terapi wicara, olah tubuh, karena otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan
rangsangan-rangsangan dengan permainan-permainan layaknya pada balita normal,
walaupun respon dan daya tangkap tidak sama.
·
Pada umumya kelebihan anak-anak dengan DS adalah penurut,
periang, rajin dan tepat waktu. Untuk anak-anak yang sudah mendapat pendidikan
atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal rutin. Jadi, mereka lebih disiplin
dari anak-anak normal lainnya.
·
Fisioterapi
1. Tujuannya adalah membantu
anak mencapai perkembangan terpenting secara maksimal bagi sang anak, yang
berarti bukan untuk menyembuhkan Down Syndromenya.
2. Untuk mengajarkan pada
anak gerakan fisik yang tepat. Untuk itu diperlukan seorang fisioterapis yang
ahli dan berpengetahuan dalam masalah
yang sering terjadi pada anak DS seperti Low Muscle Tone, Loose Joint dan
perbedaan yang terjadi pada otot tulangnya.
·
Terapi Bicara. Terapi yang dilakukan
untuk anak DS yang mengalami keterlambatan bicara.
·
Terapi Remedial. Terapi ini diberikan bagi
anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis.
·
Terapi Sensori Integrasi.
Sensori
Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan/sensori yang diterima.
Terapi ini diberikan bagi anak DS yang mengalami gangguan integrasi sensori
misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar, motorik halus dll. Dengan
terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan terarah sehingga kemampuan
otak akan meningkat.
·
Terapi Tingkah Laku
(Behaviour Theraphy). Mengajarkan anak DS yang berusia lebih besar agar memahami
tingkah laku yang sesuai dan tidak sesuai dengan norma-norma dan aturan yang
berlaku di masyarakat.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan ini, saya sebagai mahasiswa jurusan
Psikologi bisa melihat langsung dan melakukan observasi secara nyata di
lapangan. Meskipun saya tidak melihat terapi-terapi yang telah diberikan kepada
anak-anak dengan Down Syndrome akan tetapi pengalaman dan ilmu baru yang saya
dapatkan sudah bisa memberikan saya sedikit gambaran tentang gangguan-gangguan
perilaku dan kognitif yang ada.
Saran
Agar kunjungan ke panti sosial ini menjadi agenda rutin yang
diadakan oleh Universitas Mercu Buana Fakultas Psikologi.
Daftar Pustaka