Laporan Kunjungan Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia

LAPORAN KUNJUNGAN PANTI JOMPO
TRESNA WERDHA BUDI MULIA



I. KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan kunjungan Panti Sosial ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan kunjungan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan pengurus panti sosial. Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2014 di 3 Panti Sosial yaitu: Panti Asuhan Balita Tunas Bangsa, Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia & Panti Asuhan Remaja di daerah Cipayung, Jakarta Timur.

II. LATAR BELAKANG
Kunjungan lapangan ke Panti Sosial ini dilakukan untuk menambah informasi dan melihat secara langsung gangguan-gangguan perilaku yang berhubungan dengan teori-teori Psikologi. Mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan tentang kegiatan dan observasi perilaku penghuni panti selama kunjungan di panti sosial tersebut dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Dari 3 panti tersebut saya memilih untuk melakukan observasi pada Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia dengan subjek manusia lansia.

III. IDENTITAS DAN PERMASALAHAN
            Identitas dan permasalahan penghuni Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia yang saya wawancarai ini adalah sebagai berikut:
Nama                           : Sumarni
Usia                             : ± 74 tahun
Asal                             : Cirebon
Jenis Kelamin              : Perempuan
Lama di Panti               : ± 3 tahun
            Ibu Sumarni berasal dari Cirebon dan tidak memiliki saudara sedarah, sehingga ia dititipkan oleh anak angkatnya ke Panti Jompo agar ada yang merawat. Ia bercerita kalau istri dari anak angkatnya tersebut tidak menyukainya sehingga akhirnya anak angkatnya setuju untuk menitipkannya ke Panti Jompo.
Tinggal di panti jompo nampaknya bukan merupakan keinginan dari Ibu Sumarni, sehingga terlihat adanya emosi dan rasa tidak diinginkan oleh orang lain. Hal ini nampak ketika bercerita dengan bahasa yang sedikit ketus, tidak memandang lawan bicara dan sering menghela napas panjang dengan pandangan menerawang. Kondisi fisik dan memori dari subjek masih baik, karena mampu mengingat dan menceritakan kembali dengan jelas cerita tentang masa lalunya hingga saat sekarang. Keadaan panti yang tinggal dan tidur bersama-sama dalam satu kamar, menurut subjek terkadang memicu konflik internal diantara penghuni. Hal ini mempengaruhi kondisi mental dan psikologis para penghuni yang lain menurutnya, tetapi karena tidak ada pilihan lain selain tinggal di Panti, keadaan tersebut harus diterima.

IV. KAJIAN TEORI , ANALISIS TERKAIT KASUS
            Dalam studi Psikologi Perkembangan Kontemporer, atau yang lebih dikenal dengan istilah Perkembangan Rentang Hidup (Life-Span Development), pembahasannya tidak lagi terbatas pada perubahan perkembangan dari masa kanak-kanak dan remaja saja, tetapi juga menjangkau dewasa, menjadi tua hingga meninggal dunia. Perubahan fisik yang terjadi sepanjang hidup, mempengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasan tersebut , pada umumnya Psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai masa awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 – 45 dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 45 tahun s/d sekitar 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua dari usai 65 tahun sampai meninggal (Feldman, 1996)
Perkembangan Fisik
            Gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, yang meliputi: Kesehatan Badan, Sensor dan Perseptual, serta Otak.
Kesehatan Badan
            Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 50tahun. Pada masa tua atau masa dewasa akhir, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang punggung menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang menjadi rapuh. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga rentan terkena berbagai penyakit.
Perkembangan Sensori
            Pada  usia antara 40 – 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan indera peraba. Berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya, bola mata menyusut dan lensa menjadi kurang jernih. Demikian juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan sekitar 75% dari orang usia 75 – 79 tahun mengalami berbagai jenis masalah pendengaran, dan sekitar 15% dari populasi diatas usia 65tahun mengalami ketulian yang disebabkan kemunduran selaput telinga (cochela). Penurunan dalam kepekaan terhadap rasa dan bau, dalam hal ini kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibanding kepekaan terhadap rasa manis dan asin (Santrock, 1995)
Perkembangan Otak
            Pada usia tua neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock diperkirakan bahwa 5% - 10% dari neuron kita berhenti tumbuh saat mencapai usia 70 tahun. Hilangnya sel-sel otak menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan (Senility).
Perkembangan Kognitif
            Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif (Belajar, Memori, dan Intelegensi) mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan peroses kognitif bersamaan dengan penuruan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
Perkembangan Pemikiran Postformal
            Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal – tahap kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis. Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja, banyak orang dewasa tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali. Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring bertambahnya usia.
Perkembangan Memori
            Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan usia dewasa dan usia tua adalah penurunan daya ingat. Orang lansia memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas pada keterbatasan tipe memori tertentu. Misalnya: kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodik (memori yang berhubungan dengan pengalaman tertentu di sekitar kehidupan kita), sementara memori semantik (yang berhubungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta umum) dan memori implisit (memori bawah sadar) secara umum tidak mengalami kemunduran karena faktor menua.
Perkembangan Intelegensi
            Menurut Thorndike, kemampuan belajar orang dewasa mengalami kemunduran sekitar 15% pada rentang usia 22 tahun s/d 42 tahun. Studi Thorndike tersebut menunjukkan bahwa kemunduran kemampuan intelektual pada orang dewsa tidak disebabkan oleh faktor usia melainkan faktor lain.
Perkembangan Psikososial
            Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.
V. KETERKAITAN KASUS DAN KESIMPULAN
            Sesuai dengan kajian teori dan analisis kasus diatas, dapat saya simpulkan bahwa Ibu Sumarni memiliki kecenderungan atau lebih mengarah adanya gangguan pada tahapan perkembangan Psikososialnya dan emosi. karena, dari sisi tahapan perkembangan fisik, kognitif dan memorinya masih tampak baik dilihat secara kasat mata.
            Masalah emosional yang sepertinya akibat dari masa lalu subjek, sehingga menimbulkan perilaku yang egois, ketus, dan apatis terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Merasa sebagai orang terbuang dan ditinggalkan juga mengakibatkan subjek  terlihat seperti menyesali dan nampaknya memiliki hubungan sosial yang kurang baik dengan anggota panti jompo lainnya.
VI. SARAN

Agar kunjungan ke panti sosial ini menjadi agenda rutin yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana Fakultas Psikologi supaya mahasiswa dapat melihat serta mengobservasi beberapa gangguan psikologis secara langsung dan nyata.

0 komentar:



Posting Komentar