Pulau Pemutusan Sumatera Barat




perjalanan liburan singkat bulan mei 2014 kemarin, membawa saya kembali ke Sumatera Barat. Salah satu provinsi di Indonesia yang menurut saya mempunyai potensi pariwisata yang lengkap. anda bisa berwisata: pantai, pulau, gunung, danau, air terjun, wisata sejarah, kuliner dalam satu kali perjalanan ke Sumatera Barat. lengkap kan?! Pertama kali menginjakkan kaki di Ranah Minang, jujur saya langsung jatuh hati. Ranah Minang indah tiada tara..

okey, back to kisah perjalanan saya. bulan mei 2014 sebenarnya sudah direncanakan jauh hari kalau memang di tanggal2 yang banyak harpitnasnya itu, saya mau ke Padang. waktu merencanakan perjalanan ini, posisi ortu saya masih dinas di padang. tapi keadaan berkata lain, pertengahan mei 2014 ortu harus kembali ke jakarta karena masa jabatan yang sudah berakhir. untungnya masih ada adik saya yang akhirnya mengontrak rumah di padang sana. jadi ketika kita merencanakan untuk snorkling ke Pulau Pemutusan, saya tidur di rumah kontrakannya.

perjalanan seorang diri saya dimulai dari jakarta, bener-bener sendirian. anak-anak dan suami tinggal di jakarta. untung pas libur, jadi ayahnya anak-anak ada dirumah. untungnya juga punya suami yang pengertian banget, kalau kaki bininya nih super gatel kalau melihat ada kesempatan menjelajah pantai baru atau pulau baru. (love you, darl!!)

sampai di padang dijemput oleh adik. oia, 2 orang adik (cowok dua2nya) yang emang jiwanya sama dengan saya, "bolangers" alias bocah petualang! dari mereka inilah yang tiap ngobrol selalu cerita tentang pulau ini itu di sekitar Pessel (Pesisir Selatan, Kabupaten di Sumatera Barat) yang super indah! penasaran, saya ikutan ke Pulau Pemutusan. kenapa disebut Pulau Pemutusan karena, pantai pasir putihnya membelah 2 laut. super kan?

Pa'Item


PakUcu

perjalanan ke Pulau Pemutusan kami pakai perahunya Om Edy, (om edy ini drivernya papa di padang ketika dinas disana) kira-kira 2 jam perjalanan dari teluk bayur. lama ya bo? soalnya ini perahu tempel, bukan speed boat. kalau speed boat, 20menit juga sampai saya rasa. tapi meskipun lama di tengah laut, dont worry.. pemandangan sepanjang perjalanan suuuppppeeerrr keeereeeenn. tebing-tebing kapur menjulang dari pulau-pulau di sepanjang perjalanan. kami juga bertemu sekelompok nelayan yang baru akan pergi melaut. berdiri di atas perahu nelayan kira-kira 7orang dengan topi caping nelayan. sempat saya jepret pakai kamera iphone, edit sedikit dan voila! hasilnya gak kalah kalau foto pakai camera DSLR. perahu ini langganan dipakai oleh adik-adik saya. karena om Edi ini juga hobi mancing dilaut, jadilah sering banget pakai perahu ini. perahu ini juga disewakan untuk umum. kalau berminat, bisa hubungi saya. nanti saya hubungkan langsung dengan yang punya perahu.


Perjalanan kami berawal dari sini. Pelabuhan Teluk Bayur, Padang Sumatera Barat


Pemandangan kami sepanjang jalan menuju Pulau Pemutusan


berangkat melaut

sampai di pulau pemutusan, mata saya melotot, mulut menganga. takjub! kok keren bangeetttt. dermaga pulau masih darurat. dibuat dari batang pohon kelapa yang diikat-ikat. jadi berjalan diatasnya butuh keseimbangan. kalau gak seimbang, yaa nyebur ke laut. hehehee… tapi pantainya dangkal, gak akan tenggelam cuma basah saja. pulau pemutusan ini ada 3 kamar darurat untuk menginap. tapi kalau menurut saya sih, gak layak laahh.. kecuali memang gak ada pilihan lain mau bermalam di pulau ini. satu-satunya warung disini dikelola oleh orang lokal dari pulau utama. kalau hanya sekedar mie instant, kopi, teh mereka punya. lebih dari itu sepertinya kita harus menyiapkan sendiri logistik kalau berkunjung kesini. jadi ketika kami berkunjung ke pulau ini, kami membawa nasi bungkus, air mineral, dan tetekbengek cemilan. sampai disana langsung buka baju, pasang alat snorkling dan nyebuuurrrr!!! assseeekkkk..





pulang dari pulau pemutusan sore jam 5, makan waktu 2jam sampai akhirnya jam 7 malam kami merapat kembali di teluk bayur. sunset saya rasakan di tengah laut selat mentawai. ketika matahari condong ke barat, perpaduan antara jingga, biru dan ungu menemani perjalanan saya kembali menuju teluk bayur. duhaaaiii!! betapa indah lukisan Illahi.. dan nikmat Tuhan mana lagi yang engkau ingkari??





ANALISIS FILM "TAARE ZAMEEN PAR" (Every Child Is Special)

REVIEW FILM “TAARE ZAMEEN PAR”



Film dengan judul “Taare Zameen Par” yang disutradarai oleh Amir Khan merupakan film yang sangat inspiratif. Cerita dalam film ini benar-benar sangat menyentuh, dan secara eksplisit menggambarkan tentang realita pendidikan yang terjadi pada anak, baik dalam sektor keluarga (orang tua) maupun sekolah (guru).


Setiap anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri, mereka memiliki impian dan ketertarikan yang berbeda, dan tentu tidak sama dengan orang lain termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap egois yang ada pada orang tua, sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan dan dihadapi oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, masih banyak orang tua yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa yang dapat diraih oleh orang lain secara umum.


Praktik pendidikan yang terjadi di sekolah formal pun tak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang datang dari para siswa. Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalah pihak yang paling tahu dalam proses pembelajaran. Zaman telah berubah, sumber informasi ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa terjadi dengan pola interaksi yang terjadi secara timbal balik dari guru-siswa, maupun siswa-guru. Pertukaran informasi itulah, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa. Kemampuan mengelola proses pembelajaran juga harus disertai dengan kemampuan guru dalam memahami karakteristik setiap siswa. Pemahaman terhadap karakter setiap siswa dapat membantu guru dalam menentukan metode dan strategi belajar yang tepat. Setiap anak itu unik, mereka memiliki cognitive style yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak sepatutnya jika guru menerapkan metode yang selalu sama dalam proses pembelajaran. Jika keadaan ini terus dilakukan, maka penyampaian informasi dalam dunia pendidikan tidak akan merata, sebagian pihak diuntungkan dengan metode itu, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar. Sedangkan siswa yang lain akan nampak sebagai siswa yang tidak mampu, terbelakang, malas dan berbagai labeling negatif lainnya, yang belum tentu tepat dengan keadaan mereka.



Film ini bercerita tentang anak berkebutuhan khusus bernama Ishaan Awasthi. Ishaan adalah seorang anak berusia 8 tahun dan tidak menyukai sekolah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Ishaan selalu buruk dan selalu gagal dalam setiap ujian. sehingga Ishaan sering sekali mendapat hukuman dari guru-gurunya disekolah dan menjadi korban bullying teman-teman sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu mendapatkan labeling negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh, idiot, tidak tahu malu dsb.

Ishaan merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak Ishaan yang bernama Yohaan adalah seorang pelajar yang sukses, baik dalam soal pelajaran maupun dalam bidang olah raga. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang setiap saat merasa kesulitan dan frustasi karena ketidakmampuannya dalam membantu Ishan. Sedangkan ayahnya adalah seorang eksekutif sibuk yang sukses dan mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya.

Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun sering sekali merasa kebingungan dalam mengajari Ishan ketika di rumah. Ishan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan sangat mudah, sedangkan Ishan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Setiap perilaku negatif yang dilakukan oleh Ishaan dan itu diketahui oleh Ayahnya, maka Ishan dipastikan memperoleh “punishment” dari sang Ayah. Jika ini sudah terjadi baik Ibu maupun Yohaan kakaknya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu anak dan adik yang disayanginya.

Di sisi lain, Ishaan mempunyai kelebihan yaitu seni. Daya imajinasi Ishaan sangat bagus sehingga bisa menghasilkan lukisan yang luar biasa. Kelebihan ini yang tidak tampak oleh orang lain. Keluarganya mengetahui bakat Ishaan ini tapi tidak menganggapnya sebagai suatu kelebihan. Sehingga cara pandang Ishaan dianggap sebagai suatu hal yang aneh dan tidak biasa.


Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi Ishaan itulah ayahnya bermaksud mengirimnya ke sekolah berasrama. Ishaan yang tidak menyukai sekolah berusaha membujuk kedua orang tuanya untuk tidak mengirimnya ke sekolah tersebut. Tapi ayahnya bersikeras tetap mengirimnya dengan alasan untuk kebaikan Ishaan sendiri. Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman orang tua terhadap anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut. Anggapan ini diperjelas dengan gaya dan sikap mengajar guru disekolah tersebut yang cenderung keras dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan.




Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).


Guru baru ini mempunyai metode mengajar yang sangat berbeda dengan guru-guru yang ada disekolah tersebut. Hal ini membuat Nikumbh sangat disukai oleh para siswa, tapi tidak oleh Ishaan. Keanehan ini membuat Nikumbh berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan Ishaan. Sampai pada suatu waktu ketika Nikumbh sedang berkumpul di ruang guru dan para guru membicarakan tentang Ishaan bahwa Ishaan adalah anak bodoh yang tidak bisa menulis dan membaca. Terdorong oleh rasa ingin tahu Nikumbh lalu melihat semua buku tulis Ishaan dan akhirnya ia menyadari bahwa Ishaan ternyata mengalami Dyslexia.




Oleh sebab itu, Dia membuat orang tua dan guru lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Hingga akhirnya Ishaan dapat membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas bakatnya. Lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan oleh seluruh siswa dan orang murid yang hadir.




PEMBAHASAN
            Film “Taare Zaamen Par” dapat menjadi gambaran dari dinamika keluarga Asia secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan sebagaimana mestinya, dan secara tradisional masih disandarkan pada jenis kelamin. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, termasuk membimbing dan mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak.

Kurangnya peran keterlibatan ayah dalam membimbing anak-anaknya. Sosok ayah dalam film itu digambarkan sebagai pihak yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memiliki harapan yang tinggi untuk kedua anaknya. Sosok ayah juga digambarkan sebagai sosok pribadi yang otoriter dalam mendidik kedua anaknya. Sehingga ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh anaknya cenderung mengedepankan komunikasi satu arah, kurang mendengarkan pendapat orang lain dan ringan tangan. Sikap semacam inilah yang menyebabkan anggota keluarganya yang lain seperti kurang dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.

Sedangkan pola didik ibu Ishaan sendiri sebenarnya memakai gaya Otorisasi dan Demokratis. Ibunya berusaha mendorong Ishaan untuk mandiri dengan cara memberikan dukungan secara verbal. Hanya saja ketika berhadapan dengan suaminya, ia cenderung diam karena sikap suaminya yang tidak mentolerir adanya pelanggaran.

Ketidaktahuan mereka akan masalah Dyslexia yang dihadapi Ishaan juga karena tidak adanya komunikasi dan tidak mencari tau informasi tentang masalah yang dihadapi oleh anaknya. Ayah menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar, dan sukses secara akademik sehingga mereka dapat menjawab tantangan zaman yang terus menuntut persaingan. Keinginan ayah nampaknya tidak begitu sulit bagi  Yohaan karena dia memang anak yang cerdas. Sedangkan bagi Ishaan, harapan itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Bukan karena dia malas ataupun nakal seperti yang dipahami oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Semua itu disebabkan oleh gangguan kesulitan belajar yaitu Dyslexia yang cukup terlambat diketahui baik oleh orang tua maupun sekolah. Akibatnya, anaklah yang menjadi korban, dan masalah-masalah perilaku yang ditunjukkan olehnya adalah bentuk pelarian dari ketidakmampuannya, bukan karena dia ingin melakukannya.




Peranan sekolah yang tidak mengetahui gangguan yang dialami Ishaan juga memperparah keadaan. Labeling yang diberikan guru terhadap Ishaan membuatnya tertekan dan akhirnya berperilaku seperti yang dilabelkan, membuat gurunya semakin yakin bahwa Ishaan memang nakal, tidak disiplin, dan bodoh. Meskipun ada undang-undang negara yang menyatakan bahwa tiap sekolah tidak boleh menolak murid yang special needs, tapi pengetahuan guru soal anak special needs juga harus ditingkatkan. Karena apabila pengajar tidak mengetahui gangguan belajar apa yang terjadi terhadap anak muridnya, akibatnya adalah si anak yang menjadi korban. Anak dapat berubah dari yang bersemangat menjadi pemurung, tidak bersemangat, frustasi dan menarik diri dari orang lain. Pada kasus Ishaan, dia bahkan tidak mau lagi menggambar dan tidak mau lagi berimajinasi, bahkan bermimpi pun dia tidak berani.

Selain Dyslexia, Ishaan juga mengalami apa yang disebut Dyskalkulia dan Dysgraphia, yaitu ketidakmampuan untuk menulis, berhitung dan mengukur. Hal ini tampak dari banyaknya tulisan huruf yang terbalik dan ketika Ishaan tidak dapat menangkap dan melempar bola kepada temannya. Proses belajar dan mengajar Ishaan menjadi lebih mudah apabila orang tua dan guru mengetahui gangguan belajar yang dialami Ishaan. Nikumbh melatih Ishaan menulis secara perlahan muali dari huruf besar lalu pelan-pelan tulisannya diperkecil sehingga akhirnya Ishaan dapat menulis, membaca dan berhitung.

Walaupun menggambarkan adanya tidak tahuan pihak sekolah dalam memahami gangguan belajar yang dialami Ishaan, film ini juga menggambarkan tentang proses dan upaya dari orang tua untuk  mencoba mengerti dan memahami kebutuhan dan keadaan anak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya apa yang terjadi dalam keluarga itu adalah salah, karena semuanya berangkat dari ketidaktahuan mereka. Orang tua mau merubah dan menghagai impian dan keinginan anak dengan bantuan dari guru di sekolah. Jadi, interaksi yang baik antara orang tua dan guru tentang perkembangan ataupun problem yang dialami oleh anak, akan menjadi cara yang bijak dalam memahami permasalahan anak.


Setiap anak adalah spesial dengan berbagai keunikan harapan dan impian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat kiranya jika kita (para orang tua dan guru) memasung impian dan harapan mereka. Ijinkan mereka hidup dengan potensi dan keunikan, hargailah apa yang mereka lakukan, maka mereka pun akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan cerdas serta mengesankan semua orang.  




Chici Ernest - 2014

Summary Jurnal Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi

Sensori Integrasi: Dasar dan Efektivitas Terapi
Jurnal IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Tahun 2011



Sensori integrasi merupakan proses mengenal, mengubah, membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu respon berupa “Perilaku Adaptif Bertujuan”.
Adanya gangguan pada keterampilan dasar seperti sensasi melihat, mendengar, taktil, vestibular dan proprioseptif ini dapat menimbulkan kesulitan untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Gangguan pada pemrosesan sensori ini dikenal sebagai: Disfungsi Sensori Integrasi. Presentasi gangguan Sensori Integrasi ini berkisar 5% - 10% pada anak normal tanpa cacat dan mencapai 40% - 88% pada anak dengan berbagai kecacatan. Pada gangguan ini input sensori dari lingkungan dan dari dalam tubuh bekerja masing-masing, sehingga anak tidak mengetahui apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Dasar Teori Sensori Integrasi
Dasar teori sensori integrasi adalah:
1.    Plastisitas sistem saraf pusat atau kemampuan sistem saraf untuk beradaptasi dengan input sensori yang lebih banyak.
2.    Konsep progresi perkembangan, sensori integrasi terjadi pada saat anak mulai berkembang dan menguasai input sensori secara alami. Seperti fungsi vestibular yang muncul pada usia gestasi 9minggu dan membentuk refleks moro. Sedangkan input taktil muncul pada usia 12minggu untuk eksplorasi tangan dan mulut.
3.    Teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat, proses sensori integrasi diyakini terjadi pada tingkat batang otak dan subkortikal. Proses yang lebih tinggi di kortikal diperlukan untuk perkembangan praktis dan produksi respon adaptif.
4.    Stimulasi sensori. Stimulasi ini menekankan pada pencapaian respons adaptif. Respon ini berbeda pada setiap anak, tergantung pada tingkat perkembangan, derajat integrasi sensori, dan tingkat keterampilan yang sudah dicapai sebelumnya.
5.    Dorongan untuk aktualisasi diri. Konsep ini merupakan hal terpenting dalam perkembangan sensori integrasi, bagaimana dorongan ini muncul dari dalam diri yang terwujud dalam bentuk kegembiraan dan eksplorasi lingkungan tanpa lelah. Tetapi motivasi internal ini kurang atau tidak dimiliki oleh anak dengan gangguan disfungsi sensori integrasi.

Gangguan Pemrosesan Sensori
Apabila input sensori tidak diintegrasi secara tepat, seorang anak akan menginterprestasikan dunia secara berbeda. Mispersepsi ini menimbulkan berbagai gangguan perkembangan dan perilaku. Gangguan pemrosesan sensori ini terbagi menjadi beberapa tipe yaitu:
1.    Sensory Modulation Disorder (SMD), pada gangguan ini anak mengalami kesulitan memberikan respon terhadap input sensori sehingga memberikan respon perilaku yang tidak sesuai. SMD dibagi menjadi 3 subtipe:
a.    Sensory Overresponsive (SOR), pada gangguan ini anak berespon lebih cepat, lebih intens dan lebih lama daripada sewajarnya.
b.    Sensory Underresponsive (SUR), anak kurang merespon atau tidak memperhatikan rangsangan sensori dari lingkungannya. Hal ini membuat anak menjadi apatis dan tidak memiliki dorongan untuk bersosialisasi dan eksplorasi.
c.    Sensory Seeking/Craving (SS), anak sering kali tidak puas terhadap input sensori yang ada sehingga akan mencari aktivitas yang menimbulkan sensasi lebih intens terhadap tubuh, seperti makan makan pedas, memutar-mutar tubuh dan bersuara keras.
2.    Sensory-Based Motor Disorder (SBMD), anak memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini anak mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal dari sistem proprioseptif dan vestibular. Disfungsi ini memiliki 2 subtipe:
a.    Dyspraxia, yaitu anak memiliki gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru juga memiliki koordinasi yang buruk pada ranah oromotor, motorik kasar dan halus.
b.    Postural Disorder, anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun beristirahat.
3.    Sensory Discrimination Disorder (SDD), anak mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan kualitas rangsangan sehingga tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. SDD pada sistem visual dan auditory dapat menyebabkan gangguan bahasa dan belajar, sedangkan pada SDD pada sistem taktil, proprioseptif dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.

Prinsip Terapi Sensori Integrasi
Konsensus yang disusun oleh para ahli terapi sensori integrasi di Amerika Serikat tentang elemen inti terapi sensori integrasi dan telah melakukan 34 penelitan yang dianalisis, memperlihatkan bahwa sebagian besar peneliti secara eksplisit mendeskripsikan strategi intervensi yang tidak konsisten dengan elemen inti terapi sensori integrasi. Dari 10 elemen proses, hanya 1 elemen yang digunakan disemua studi, yaitu memberikan rangsangan sensori.
Terapi sensori integrasi menekan stimulasi pada 3 indera utama, yaitu Taktil, Vestibular, dan Proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familiar dibandingkan indera pengelihatan dan pendengaran, namun sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap lingkungan.

Sistem Taktil
Sistem taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di kulit, yang mengirimkan informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu dan tekanan. Hipersensitive terhadap sistem taktil disebut Tactile Defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan yang responnya adalah menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makanan tertentu, serta menggunakan ujung jari untuk memegang benda-benda tertentu. Bentuk hiposensitif terhadap sistem taktil berupa kurang sensitif terhadap nyeri, suhu, atau perabaan suatu obyek. Anak akan mencari stimulasi yang lebih dengan cara menabrakan diri ke orang lain atau mainan atau dengan mengunyah benda.

Sistem Vestibular
Sistem ini terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi kepala. Sistem vestibular adalah dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral. Anak yang hipersensitive terhadap sistem ini akan merespons fight atau flight sehingga anak akan takut atau lari dari orang lain, takut terhadap gerakan sederhana, berada dalam mobil, menolak untuk digendong, naik lift atau eskalator dan sering terlihat cemas. Hiposensitive terhadap sistem ini anak akan cenderung mencari aktivitas tubuh yang berlebihan dan disengaja seperti memutar-mutar tubuh, berayun-ayun dalam waktu lama atau bergerak terus menerus.

Sistem Proprioseptif
Sistem proprioseptif terdapat pada serabut otot tendon, dan ligamen yang memungkinkan anak secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Kemampuan motorik halus sangat bergantung pada sistem ini. Tanda disfungsi pada sistem ini adalah clumsiness atau kecenderungan untuk jatuh, postur tubuh yang aneh, makan yang berantakan, dan kesulitan memanipulasi objek kecil. Hipersensitive pada sistem ini menyebabkan anak mempunyai kewaspadaan tubuh yang rendah. Hiposensitif terhadap sistem proprioseptif menyebabkan anak suka menabrak benda, menggigit atau membentur-benturkan kepala.

Efektivitas Terapi Sensori Integrasi
Beberapa laporan kasus memperlihatkan manfaat terapi sensori integrasi terhadap perilaku anak dengan Autism Spectrum Disorder, Keterlambatan Perkembangan Pervasif, dan Retardasi Mental. Anak lebih berpartisipasi aktif pada kegiatan di sekolah dan di rumah, serta interaksi sosial menjadi lebih baik. Terapi sensori intergrasi memperlihatkan adanya manfaat untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme, dan gangguan pemrosesan sensori.
Meskipun dalam beberapa literatur efektivitas terapi SI dinyatakan tidak lebih baik daripada terapi alternatif, akan tetapi beberapa penelitian membuktikan bahwa efektivitas terapi SI berhasil pada anak-anak dengan retardasi mental ringan, autism spectrum disorder dalam mengoptimalkan pemrosesan sensori dan respons motorik. Penelitian juga menunjukkan terapi sensori integrasi ini juga efektif pada anak ADHD dalam mengurangi kesulitan pada gangguan Sensory Motor Disorder (SMD).


Terapi sensori integrasi banyak digunakan untuk tata laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar, maupun perilaku. Elemen inti terapi sensori integrasi yang terdiri dari 10 elemen, belum diterapkan pada sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan prinsip terapi sensori integrasi. Penelitian yang lebih baru menunjukkan adanya manfaat dari terapi Sensori Integrasi untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme dan gangguan proses sensori.