Laporan Kunjungan Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia

LAPORAN KUNJUNGAN PANTI JOMPO
TRESNA WERDHA BUDI MULIA



I. KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan kunjungan Panti Sosial ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan kunjungan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan pengurus panti sosial. Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2014 di 3 Panti Sosial yaitu: Panti Asuhan Balita Tunas Bangsa, Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia & Panti Asuhan Remaja di daerah Cipayung, Jakarta Timur.

II. LATAR BELAKANG
Kunjungan lapangan ke Panti Sosial ini dilakukan untuk menambah informasi dan melihat secara langsung gangguan-gangguan perilaku yang berhubungan dengan teori-teori Psikologi. Mahasiswa diharapkan dapat membuat laporan tentang kegiatan dan observasi perilaku penghuni panti selama kunjungan di panti sosial tersebut dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Biopsikologi. Dari 3 panti tersebut saya memilih untuk melakukan observasi pada Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia dengan subjek manusia lansia.

III. IDENTITAS DAN PERMASALAHAN
            Identitas dan permasalahan penghuni Panti Jompo Tresna Werdha Budi Mulia yang saya wawancarai ini adalah sebagai berikut:
Nama                           : Sumarni
Usia                             : ± 74 tahun
Asal                             : Cirebon
Jenis Kelamin              : Perempuan
Lama di Panti               : ± 3 tahun
            Ibu Sumarni berasal dari Cirebon dan tidak memiliki saudara sedarah, sehingga ia dititipkan oleh anak angkatnya ke Panti Jompo agar ada yang merawat. Ia bercerita kalau istri dari anak angkatnya tersebut tidak menyukainya sehingga akhirnya anak angkatnya setuju untuk menitipkannya ke Panti Jompo.
Tinggal di panti jompo nampaknya bukan merupakan keinginan dari Ibu Sumarni, sehingga terlihat adanya emosi dan rasa tidak diinginkan oleh orang lain. Hal ini nampak ketika bercerita dengan bahasa yang sedikit ketus, tidak memandang lawan bicara dan sering menghela napas panjang dengan pandangan menerawang. Kondisi fisik dan memori dari subjek masih baik, karena mampu mengingat dan menceritakan kembali dengan jelas cerita tentang masa lalunya hingga saat sekarang. Keadaan panti yang tinggal dan tidur bersama-sama dalam satu kamar, menurut subjek terkadang memicu konflik internal diantara penghuni. Hal ini mempengaruhi kondisi mental dan psikologis para penghuni yang lain menurutnya, tetapi karena tidak ada pilihan lain selain tinggal di Panti, keadaan tersebut harus diterima.

IV. KAJIAN TEORI , ANALISIS TERKAIT KASUS
            Dalam studi Psikologi Perkembangan Kontemporer, atau yang lebih dikenal dengan istilah Perkembangan Rentang Hidup (Life-Span Development), pembahasannya tidak lagi terbatas pada perubahan perkembangan dari masa kanak-kanak dan remaja saja, tetapi juga menjangkau dewasa, menjadi tua hingga meninggal dunia. Perubahan fisik yang terjadi sepanjang hidup, mempengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasan tersebut , pada umumnya Psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai masa awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 – 45 dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 45 tahun s/d sekitar 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua dari usai 65 tahun sampai meninggal (Feldman, 1996)
Perkembangan Fisik
            Gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, yang meliputi: Kesehatan Badan, Sensor dan Perseptual, serta Otak.
Kesehatan Badan
            Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopause. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 50tahun. Pada masa tua atau masa dewasa akhir, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang punggung menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang menjadi rapuh. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga rentan terkena berbagai penyakit.
Perkembangan Sensori
            Pada  usia antara 40 – 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam. Sementara itu, pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan indera peraba. Berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya, bola mata menyusut dan lensa menjadi kurang jernih. Demikian juga halnya dengan pendengaran, diperkirakan sekitar 75% dari orang usia 75 – 79 tahun mengalami berbagai jenis masalah pendengaran, dan sekitar 15% dari populasi diatas usia 65tahun mengalami ketulian yang disebabkan kemunduran selaput telinga (cochela). Penurunan dalam kepekaan terhadap rasa dan bau, dalam hal ini kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibanding kepekaan terhadap rasa manis dan asin (Santrock, 1995)
Perkembangan Otak
            Pada usia tua neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang. Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock diperkirakan bahwa 5% - 10% dari neuron kita berhenti tumbuh saat mencapai usia 70 tahun. Hilangnya sel-sel otak menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan (Senility).
Perkembangan Kognitif
            Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif (Belajar, Memori, dan Intelegensi) mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan peroses kognitif bersamaan dengan penuruan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
Perkembangan Pemikiran Postformal
            Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal – tahap kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis. Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja, banyak orang dewasa tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali. Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring bertambahnya usia.
Perkembangan Memori
            Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan usia dewasa dan usia tua adalah penurunan daya ingat. Orang lansia memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas pada keterbatasan tipe memori tertentu. Misalnya: kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodik (memori yang berhubungan dengan pengalaman tertentu di sekitar kehidupan kita), sementara memori semantik (yang berhubungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta umum) dan memori implisit (memori bawah sadar) secara umum tidak mengalami kemunduran karena faktor menua.
Perkembangan Intelegensi
            Menurut Thorndike, kemampuan belajar orang dewasa mengalami kemunduran sekitar 15% pada rentang usia 22 tahun s/d 42 tahun. Studi Thorndike tersebut menunjukkan bahwa kemunduran kemampuan intelektual pada orang dewsa tidak disebabkan oleh faktor usia melainkan faktor lain.
Perkembangan Psikososial
            Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.
V. KETERKAITAN KASUS DAN KESIMPULAN
            Sesuai dengan kajian teori dan analisis kasus diatas, dapat saya simpulkan bahwa Ibu Sumarni memiliki kecenderungan atau lebih mengarah adanya gangguan pada tahapan perkembangan Psikososialnya dan emosi. karena, dari sisi tahapan perkembangan fisik, kognitif dan memorinya masih tampak baik dilihat secara kasat mata.
            Masalah emosional yang sepertinya akibat dari masa lalu subjek, sehingga menimbulkan perilaku yang egois, ketus, dan apatis terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Merasa sebagai orang terbuang dan ditinggalkan juga mengakibatkan subjek  terlihat seperti menyesali dan nampaknya memiliki hubungan sosial yang kurang baik dengan anggota panti jompo lainnya.
VI. SARAN

Agar kunjungan ke panti sosial ini menjadi agenda rutin yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana Fakultas Psikologi supaya mahasiswa dapat melihat serta mengobservasi beberapa gangguan psikologis secara langsung dan nyata.

Pulau Pemutusan Sumatera Barat




perjalanan liburan singkat bulan mei 2014 kemarin, membawa saya kembali ke Sumatera Barat. Salah satu provinsi di Indonesia yang menurut saya mempunyai potensi pariwisata yang lengkap. anda bisa berwisata: pantai, pulau, gunung, danau, air terjun, wisata sejarah, kuliner dalam satu kali perjalanan ke Sumatera Barat. lengkap kan?! Pertama kali menginjakkan kaki di Ranah Minang, jujur saya langsung jatuh hati. Ranah Minang indah tiada tara..

okey, back to kisah perjalanan saya. bulan mei 2014 sebenarnya sudah direncanakan jauh hari kalau memang di tanggal2 yang banyak harpitnasnya itu, saya mau ke Padang. waktu merencanakan perjalanan ini, posisi ortu saya masih dinas di padang. tapi keadaan berkata lain, pertengahan mei 2014 ortu harus kembali ke jakarta karena masa jabatan yang sudah berakhir. untungnya masih ada adik saya yang akhirnya mengontrak rumah di padang sana. jadi ketika kita merencanakan untuk snorkling ke Pulau Pemutusan, saya tidur di rumah kontrakannya.

perjalanan seorang diri saya dimulai dari jakarta, bener-bener sendirian. anak-anak dan suami tinggal di jakarta. untung pas libur, jadi ayahnya anak-anak ada dirumah. untungnya juga punya suami yang pengertian banget, kalau kaki bininya nih super gatel kalau melihat ada kesempatan menjelajah pantai baru atau pulau baru. (love you, darl!!)

sampai di padang dijemput oleh adik. oia, 2 orang adik (cowok dua2nya) yang emang jiwanya sama dengan saya, "bolangers" alias bocah petualang! dari mereka inilah yang tiap ngobrol selalu cerita tentang pulau ini itu di sekitar Pessel (Pesisir Selatan, Kabupaten di Sumatera Barat) yang super indah! penasaran, saya ikutan ke Pulau Pemutusan. kenapa disebut Pulau Pemutusan karena, pantai pasir putihnya membelah 2 laut. super kan?

Pa'Item


PakUcu

perjalanan ke Pulau Pemutusan kami pakai perahunya Om Edy, (om edy ini drivernya papa di padang ketika dinas disana) kira-kira 2 jam perjalanan dari teluk bayur. lama ya bo? soalnya ini perahu tempel, bukan speed boat. kalau speed boat, 20menit juga sampai saya rasa. tapi meskipun lama di tengah laut, dont worry.. pemandangan sepanjang perjalanan suuuppppeeerrr keeereeeenn. tebing-tebing kapur menjulang dari pulau-pulau di sepanjang perjalanan. kami juga bertemu sekelompok nelayan yang baru akan pergi melaut. berdiri di atas perahu nelayan kira-kira 7orang dengan topi caping nelayan. sempat saya jepret pakai kamera iphone, edit sedikit dan voila! hasilnya gak kalah kalau foto pakai camera DSLR. perahu ini langganan dipakai oleh adik-adik saya. karena om Edi ini juga hobi mancing dilaut, jadilah sering banget pakai perahu ini. perahu ini juga disewakan untuk umum. kalau berminat, bisa hubungi saya. nanti saya hubungkan langsung dengan yang punya perahu.


Perjalanan kami berawal dari sini. Pelabuhan Teluk Bayur, Padang Sumatera Barat


Pemandangan kami sepanjang jalan menuju Pulau Pemutusan


berangkat melaut

sampai di pulau pemutusan, mata saya melotot, mulut menganga. takjub! kok keren bangeetttt. dermaga pulau masih darurat. dibuat dari batang pohon kelapa yang diikat-ikat. jadi berjalan diatasnya butuh keseimbangan. kalau gak seimbang, yaa nyebur ke laut. hehehee… tapi pantainya dangkal, gak akan tenggelam cuma basah saja. pulau pemutusan ini ada 3 kamar darurat untuk menginap. tapi kalau menurut saya sih, gak layak laahh.. kecuali memang gak ada pilihan lain mau bermalam di pulau ini. satu-satunya warung disini dikelola oleh orang lokal dari pulau utama. kalau hanya sekedar mie instant, kopi, teh mereka punya. lebih dari itu sepertinya kita harus menyiapkan sendiri logistik kalau berkunjung kesini. jadi ketika kami berkunjung ke pulau ini, kami membawa nasi bungkus, air mineral, dan tetekbengek cemilan. sampai disana langsung buka baju, pasang alat snorkling dan nyebuuurrrr!!! assseeekkkk..





pulang dari pulau pemutusan sore jam 5, makan waktu 2jam sampai akhirnya jam 7 malam kami merapat kembali di teluk bayur. sunset saya rasakan di tengah laut selat mentawai. ketika matahari condong ke barat, perpaduan antara jingga, biru dan ungu menemani perjalanan saya kembali menuju teluk bayur. duhaaaiii!! betapa indah lukisan Illahi.. dan nikmat Tuhan mana lagi yang engkau ingkari??





ANALISIS FILM "TAARE ZAMEEN PAR" (Every Child Is Special)

REVIEW FILM “TAARE ZAMEEN PAR”



Film dengan judul “Taare Zameen Par” yang disutradarai oleh Amir Khan merupakan film yang sangat inspiratif. Cerita dalam film ini benar-benar sangat menyentuh, dan secara eksplisit menggambarkan tentang realita pendidikan yang terjadi pada anak, baik dalam sektor keluarga (orang tua) maupun sekolah (guru).


Setiap anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri, mereka memiliki impian dan ketertarikan yang berbeda, dan tentu tidak sama dengan orang lain termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap egois yang ada pada orang tua, sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan dan dihadapi oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, masih banyak orang tua yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa yang dapat diraih oleh orang lain secara umum.


Praktik pendidikan yang terjadi di sekolah formal pun tak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang datang dari para siswa. Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalah pihak yang paling tahu dalam proses pembelajaran. Zaman telah berubah, sumber informasi ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa terjadi dengan pola interaksi yang terjadi secara timbal balik dari guru-siswa, maupun siswa-guru. Pertukaran informasi itulah, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa. Kemampuan mengelola proses pembelajaran juga harus disertai dengan kemampuan guru dalam memahami karakteristik setiap siswa. Pemahaman terhadap karakter setiap siswa dapat membantu guru dalam menentukan metode dan strategi belajar yang tepat. Setiap anak itu unik, mereka memiliki cognitive style yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak sepatutnya jika guru menerapkan metode yang selalu sama dalam proses pembelajaran. Jika keadaan ini terus dilakukan, maka penyampaian informasi dalam dunia pendidikan tidak akan merata, sebagian pihak diuntungkan dengan metode itu, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar. Sedangkan siswa yang lain akan nampak sebagai siswa yang tidak mampu, terbelakang, malas dan berbagai labeling negatif lainnya, yang belum tentu tepat dengan keadaan mereka.



Film ini bercerita tentang anak berkebutuhan khusus bernama Ishaan Awasthi. Ishaan adalah seorang anak berusia 8 tahun dan tidak menyukai sekolah. Hal ini dikarenakan nilai-nilai Ishaan selalu buruk dan selalu gagal dalam setiap ujian. sehingga Ishaan sering sekali mendapat hukuman dari guru-gurunya disekolah dan menjadi korban bullying teman-teman sekolahnya. Baik di sekolah maupun dirumah Ishaan selalu mendapatkan labeling negatif oleh guru dan lingkungannya seperti, nakal, bodoh, idiot, tidak tahu malu dsb.

Ishaan merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak Ishaan yang bernama Yohaan adalah seorang pelajar yang sukses, baik dalam soal pelajaran maupun dalam bidang olah raga. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang setiap saat merasa kesulitan dan frustasi karena ketidakmampuannya dalam membantu Ishan. Sedangkan ayahnya adalah seorang eksekutif sibuk yang sukses dan mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya.

Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun sering sekali merasa kebingungan dalam mengajari Ishan ketika di rumah. Ishan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan sangat mudah, sedangkan Ishan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Setiap perilaku negatif yang dilakukan oleh Ishaan dan itu diketahui oleh Ayahnya, maka Ishan dipastikan memperoleh “punishment” dari sang Ayah. Jika ini sudah terjadi baik Ibu maupun Yohaan kakaknya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu anak dan adik yang disayanginya.

Di sisi lain, Ishaan mempunyai kelebihan yaitu seni. Daya imajinasi Ishaan sangat bagus sehingga bisa menghasilkan lukisan yang luar biasa. Kelebihan ini yang tidak tampak oleh orang lain. Keluarganya mengetahui bakat Ishaan ini tapi tidak menganggapnya sebagai suatu kelebihan. Sehingga cara pandang Ishaan dianggap sebagai suatu hal yang aneh dan tidak biasa.


Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi Ishaan itulah ayahnya bermaksud mengirimnya ke sekolah berasrama. Ishaan yang tidak menyukai sekolah berusaha membujuk kedua orang tuanya untuk tidak mengirimnya ke sekolah tersebut. Tapi ayahnya bersikeras tetap mengirimnya dengan alasan untuk kebaikan Ishaan sendiri. Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman orang tua terhadap anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut. Anggapan ini diperjelas dengan gaya dan sikap mengajar guru disekolah tersebut yang cenderung keras dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan.




Suasana kelas dan asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk menggambar yang tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya datanglah guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).


Guru baru ini mempunyai metode mengajar yang sangat berbeda dengan guru-guru yang ada disekolah tersebut. Hal ini membuat Nikumbh sangat disukai oleh para siswa, tapi tidak oleh Ishaan. Keanehan ini membuat Nikumbh berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan Ishaan. Sampai pada suatu waktu ketika Nikumbh sedang berkumpul di ruang guru dan para guru membicarakan tentang Ishaan bahwa Ishaan adalah anak bodoh yang tidak bisa menulis dan membaca. Terdorong oleh rasa ingin tahu Nikumbh lalu melihat semua buku tulis Ishaan dan akhirnya ia menyadari bahwa Ishaan ternyata mengalami Dyslexia.




Oleh sebab itu, Dia membuat orang tua dan guru lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Hingga akhirnya Ishaan dapat membaca, menulis dan berhitung, bahkan Ishaan akhirnya memenangkan lomba melukis yang diadakan di sekolahnya dan mendapatkan standing applause atas bakatnya. Lukisan Ishaan ini akhirnya dicetak dalam buku tahunan sekolah dan dibagikan oleh seluruh siswa dan orang murid yang hadir.




PEMBAHASAN
            Film “Taare Zaamen Par” dapat menjadi gambaran dari dinamika keluarga Asia secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan sebagaimana mestinya, dan secara tradisional masih disandarkan pada jenis kelamin. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, termasuk membimbing dan mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak.

Kurangnya peran keterlibatan ayah dalam membimbing anak-anaknya. Sosok ayah dalam film itu digambarkan sebagai pihak yang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memiliki harapan yang tinggi untuk kedua anaknya. Sosok ayah juga digambarkan sebagai sosok pribadi yang otoriter dalam mendidik kedua anaknya. Sehingga ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh anaknya cenderung mengedepankan komunikasi satu arah, kurang mendengarkan pendapat orang lain dan ringan tangan. Sikap semacam inilah yang menyebabkan anggota keluarganya yang lain seperti kurang dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.

Sedangkan pola didik ibu Ishaan sendiri sebenarnya memakai gaya Otorisasi dan Demokratis. Ibunya berusaha mendorong Ishaan untuk mandiri dengan cara memberikan dukungan secara verbal. Hanya saja ketika berhadapan dengan suaminya, ia cenderung diam karena sikap suaminya yang tidak mentolerir adanya pelanggaran.

Ketidaktahuan mereka akan masalah Dyslexia yang dihadapi Ishaan juga karena tidak adanya komunikasi dan tidak mencari tau informasi tentang masalah yang dihadapi oleh anaknya. Ayah menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar, dan sukses secara akademik sehingga mereka dapat menjawab tantangan zaman yang terus menuntut persaingan. Keinginan ayah nampaknya tidak begitu sulit bagi  Yohaan karena dia memang anak yang cerdas. Sedangkan bagi Ishaan, harapan itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Bukan karena dia malas ataupun nakal seperti yang dipahami oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Semua itu disebabkan oleh gangguan kesulitan belajar yaitu Dyslexia yang cukup terlambat diketahui baik oleh orang tua maupun sekolah. Akibatnya, anaklah yang menjadi korban, dan masalah-masalah perilaku yang ditunjukkan olehnya adalah bentuk pelarian dari ketidakmampuannya, bukan karena dia ingin melakukannya.




Peranan sekolah yang tidak mengetahui gangguan yang dialami Ishaan juga memperparah keadaan. Labeling yang diberikan guru terhadap Ishaan membuatnya tertekan dan akhirnya berperilaku seperti yang dilabelkan, membuat gurunya semakin yakin bahwa Ishaan memang nakal, tidak disiplin, dan bodoh. Meskipun ada undang-undang negara yang menyatakan bahwa tiap sekolah tidak boleh menolak murid yang special needs, tapi pengetahuan guru soal anak special needs juga harus ditingkatkan. Karena apabila pengajar tidak mengetahui gangguan belajar apa yang terjadi terhadap anak muridnya, akibatnya adalah si anak yang menjadi korban. Anak dapat berubah dari yang bersemangat menjadi pemurung, tidak bersemangat, frustasi dan menarik diri dari orang lain. Pada kasus Ishaan, dia bahkan tidak mau lagi menggambar dan tidak mau lagi berimajinasi, bahkan bermimpi pun dia tidak berani.

Selain Dyslexia, Ishaan juga mengalami apa yang disebut Dyskalkulia dan Dysgraphia, yaitu ketidakmampuan untuk menulis, berhitung dan mengukur. Hal ini tampak dari banyaknya tulisan huruf yang terbalik dan ketika Ishaan tidak dapat menangkap dan melempar bola kepada temannya. Proses belajar dan mengajar Ishaan menjadi lebih mudah apabila orang tua dan guru mengetahui gangguan belajar yang dialami Ishaan. Nikumbh melatih Ishaan menulis secara perlahan muali dari huruf besar lalu pelan-pelan tulisannya diperkecil sehingga akhirnya Ishaan dapat menulis, membaca dan berhitung.

Walaupun menggambarkan adanya tidak tahuan pihak sekolah dalam memahami gangguan belajar yang dialami Ishaan, film ini juga menggambarkan tentang proses dan upaya dari orang tua untuk  mencoba mengerti dan memahami kebutuhan dan keadaan anak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya apa yang terjadi dalam keluarga itu adalah salah, karena semuanya berangkat dari ketidaktahuan mereka. Orang tua mau merubah dan menghagai impian dan keinginan anak dengan bantuan dari guru di sekolah. Jadi, interaksi yang baik antara orang tua dan guru tentang perkembangan ataupun problem yang dialami oleh anak, akan menjadi cara yang bijak dalam memahami permasalahan anak.


Setiap anak adalah spesial dengan berbagai keunikan harapan dan impian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak tepat kiranya jika kita (para orang tua dan guru) memasung impian dan harapan mereka. Ijinkan mereka hidup dengan potensi dan keunikan, hargailah apa yang mereka lakukan, maka mereka pun akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat dan cerdas serta mengesankan semua orang.  




Chici Ernest - 2014